Artikel Motivasi

Kegagalan Adalah Ibu Kandung Dari Kesuksesan
Oleh AW

Dalam mengembangkan usaha bisnis atau karir yang sedang kita perjuangkan, sudah sewajarnya kita berharap semua bisa berjalan lancar tanpa hambatan dan kesulitan yang berarti, tetapi dalam proses perjalanannya tidak jarang kita dihadapkan pada kondisi sulit yang muncul silih berganti.
Saat kondisi sulit menghadang kita, tidak perlu ditanggapi dengan sikap pesimis dan terbeban, perlu kita diyakini dan kita sadari bahwa di setiap kesulitan yang mampu kita atasi, maka bersamaan itu pula akan muncul kesempatan baru yang memungkinkan kita melanjutkan dan memperjuangkan usaha kita hingga mencapai kesuksesan.
Tetapi didalam kenyataannya yang sering terjadi, pada saat kita dihadapkan pada kesulitan, rintangan,kesalahan dan problem yg bermunculan, fighting spirit kita menjadi turun, rapuh dan mudah menyerah, semuanya terasa begitu berat dan membebani mental, bahkan tidak jarang membuat kita merasa gagal, frustasi, depresi, putus asa, menganggap ini semua merupakan suratan nasib yang memang harus kita alami.
Mengapa kita mudah menyerah? Mengapa kita cepat merasa gagal? Sebenarnya perasaan di atas ini adalah akibat dari hasil pikiran atau kesadaran tentang proses perjuangan hidup ini yang belum matang.
Jangankan cuma kesulitan yang menghadang, sekalipun kita mengalami kegagalan, ingat setiap kegagalan pasti punya nilai pendidikan tersendiri, seperti kata bijak mandarin : , kegagalan adalah ibu kandung dari kesuksesan.
Kita perlu menyadari bahwa kesulitan, kegagalan adalah bagian dari dinamika kehidupan kita. Setiap kegagalan pasti akan membawa hikmahnya yang setimpal. Kesuksesan sejati adalah kristalisasi dari berbagai macam kesulitan dan kegagalan yang mampu kita atasi.
Untuk itu kita dituntut mempunyai "Keuletan Extra". Keuletan yang berarti : tidak sekedar sabar, bertahan, apatis, pasif, pasrah, tetapi "Keuletan" yang didalamnya mengandung sikap antusias, proaktif, gigih, tegar, berani untuk beraksi terus menerus .
Jika sikap mental "Keuletan" diatas dapat dipraktekan di setiap tantangan yang muncul, sampai menjadi kebiasaan di kehidupan kita, maka kita akan sadar bahwa hanya melalui Kelemahan, Kesulitan, Kesalahan bahkan kegagalan, barulah kita mempunyai kesempatan untuk mematangkan mental dan menjadi dewasa melalui BELAJAR DALAM ARTI YANG SEBENARNYA.

Pembaca yang budiman,
Saya yang telah kenyang mengunyah kesulitan dan kegagalan, saya telah menganggap semua ini sebagai vitamin kesuksesan. BAgi setiap orang yang mau sukses tidak mungkin bias bebas dari kegagalan, tidak ada kesuksesan sejati bias berdiri tegak tanpa kemampuan mengatasi semua kesulita ataupun kegagalan. Maka, memang benar dan tepat bobot dari kata pepatah klasik " ". Kegagalan adalah ibu kandung dari kesuksesan

Mengapa Harus Menunggu?
Oleh AW
Dikisahkan, ada seorang anak berusia 9 tahun. Saat dia sedang membantu ayahnya mengangkut batu bara demi mengumpulkan dana untuk kegiatan amal, terjadilah kecelakaan yang telah merubah seluruh kehidupannya. Dia terjatuh, dan kakinya terlindas kereta api barang sehingga sepasang kaki harus diamputasi. Berbulan-bulan, hari-harinya diwarnai dengan penderitaan panjang, dia harus berjuang dari satu meja operasi ke meja operasi lainnya dan menghabiskan jam-jam yang sangat menyakitkan.

Namun dia tidak pernah patah semangat dan dengan tegar menjalaninya sehingga dokter mengijinkannya keluar dari rumah sakit dengan berkursi roda. Tanpa membuang waktu dia ingin menguji fisiknya dengan belajar berenang. Pertama kali masuk ke air, dia pun langsung tenggelam sampai ke dasar kolam renang. Pelatihnya menggunakan jala untuk mengangkatnya naik ke permukaan. Pelajaran mengapung dan seterusnya dilakukan setiap hari dan 5 bulan kemudian dia mampu berenang sebanyak 52x panjang kolam renang tanpa berhenti! Sungguh luar biasa!

Dan sejak saat itu, tidak ada lagi yang bisa menghalangi keinginannya untuk melakukan kegiatan fisik layaknya orang-orang yang bertubuh normal. Dia belajar menyetir mobil, ikut balapan dan berhasil menjadi atlet gokart yang handal, disegani dan terkenal.

Ketekunannya berlatih fisik di kolam renang dan tempat tinggalnya yang tak jauh dari pantai, menginspirasinya belajar menjadi surf lifeguard, yaitu penjaga pantai yang melindungi dan menyelamatkan para peselancar. Dia satu-satunya manusia di dunia, tanpa kaki yang berprofesi seperti itu. Dia juga belajar Taewondo hingga memperoleh Dan 3. Olahraga lempar cakkram, tolak peluru dan lempar lembing berhasil mengalungkan 35 medali dalam kehidupannya. Pencapaian prestasinya melandasi kepercayaan dirinya membina hubungan dengan seorang wanita yang dicintai. Akhirnya dia menikah dan memperoleh 3 orang anak. Bersama istrinya, mereka bahu membahu menjadi pengusaha sukses. Berkat prestasi dan keinginannya membantu orang lain agar tidak menyerah, akhirnya menghantarkannya menjadi pembicara motivasional kelas dunia. Pemuda hebat itu bernama TONY CHRISTIANSEN.

Saat ditanya apa rahasia suksesnya? Dia menjawab: Mengapa harus menunggu? Jangan menghabiskan waktu dengan duduk dan menunggu tertabrak kereta api sebelum melakukan sesuatu dan mencetak berprestasi. Kecelakaan yang saya alami telah mengasah karakter serta hidup saya dalam beragam cara! Membantu saya dalam menyampaikan pesan kepada semua orang yang mau mendengar, mau belajar serta mau merubah hidup lebih baik! Jadi, mengapa harus menunggu? Segera lakukan! - TAKE ACTION!!"

Smart listener,

Hidup adalah tindakan! Live is action! Sebuah cita-cita yang indah, jika hanya menunggu tanpa bertindak nyata, maka tinggal hanya mayat cita-cita, sebuah perencanaan yang matang tanpa action! Cuma menyisakan coretan kosong.

Cerita manusia luar biasa Tony Christiansen tadi cukup jelas pelajaran yang bisa kita ambil. Bagaimanapun keadaan fisik kita , atau betapapun jeleknya keadaan di luar kita, semuanya bisa di rubah, nothing is impossible, tiada yang mustahil!

Manusia yang paling penting adalah jangan krisis mental. Dengan kekayaan mental, seseorang akan berani memulai dari apa adanya dia, dan semua perjuangannya diarahkan pada titik target besar yang punya bobot dan bernilai. Dengan cara hidup punya kaya mental seperti itu, kita pasti akan selalu menyambut hari-hari baru penuh dengan syukur, optimis, gembira dan menciptakan sukses yang luar biasa!


Kepercayaan Diri
Oleh AW

Alkisah, ada seorang pengusaha yang cukup terpandang di sebuah kota. Suatu ketika, dia ingin pergi berlibur ke desa kelahiran ayahnya untuk istirahat sejenak dari kepenatan pekerjaan. Selain rehat sejenak, di sana ia juga ingin menemui kakeknya yang masih tinggal di desa tersebut. Ia ingin mengunjungi kakeknya karena memang hubungan di antara mereka cukup dekat, meski belakangan ini mereka jarang bertemu. Tak jarang, bila sedang dirundung masalah, si pengusaha muda mencari dan mendapat banyak nasihat dari kakeknya. Sesampai di desa tersebut, setelah berkangen-kangenan sejenak, si kakek segera bisa menangkap maksud kedatangan cucunya. Itu terlihat dari sikap dan raut wajah cucunya. Sunggingan senyum yang seperti dipaksakan di wajah cucunya tak bisa menyembunyikan raut kegelisahan. Maka, keesokan pagi, tanpa basa-basi, kakek pun segera menegur sang cucu di tengah percakapan mereka. \"Cucuku. Kedatanganmu kemari pasti ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan dengan kakek. Ayo, tidak perlu basa-basi lagi, ceritakan saja kepada kakekmu ini. Biarpun sudah tua begini, kakekmu belum pikun dan masih bisa menjadi tempat curhatmu seperti dulu.\" Sambil tersenyum malu si pemuda menjawab, \"Kakek memang hebat. Tidak ada persoalan yang bisa kusembunyikan. Begini kek, Kakek kan tahu, usahaku saat ini cukup maju. Semua hasil yang kuperoleh adalah berkat modal dan bimbingan ayah kepadaku. Kakek juga tahu, aku menikahi istri yang cantik dan pandai. Di sekolah dulu, dia selalu menjadi juara dan primadona. Sekarang pun berkat bantuannya, banyak proyek yang bisa kita dapatkan sehingga usaha kita berkembang semakin besar. Tapi...\" Tiba-tiba si pemuda terdiam sejenak, tak meneruskan kalimatnya. Ia hanya terlihat menerawang. Kakeknya pun kemudian menyela. \"Bukankah semua yang kamu ceritakan tadi bagus adanya? Kakek belum mengerti masalahmu ada dimana?\" Kejar si kakek yang ingin tahu apa yang membuat cucunya terlihat gelisah. \"Jujur saja Kek. Saya merasa tidak percaya diri, bahkan minder bila berhadapan dengan orang asing. Saya merasa, hasil usaha yang telah dicapai adalah karena kontribusi orang-orang di sekitar saya. Dan, sepertinya orang-orang pun menilainya begitu. Saya hanyalah sekadar orang yang beruntung, berada di tempat dan saat yang tepat serta mempunyai pendamping yang tepat pula. Sungguh, saya merasa tertekan dengan kondisi itu,\" kata si pemuda menunduk lesu. \"Cucuku. Coba pikir baik-baik. Seperti katamu tadi, kamu berhasil karena berada di tempat, saat, dan dengan pendamping yang tepat dan benar. Nah, jika tempat, waktu dan pendamping itu tanpa adanya dirimu sendiri, apakah ada keberhasilan ini? Justru kunci suksesnya ada di dirimu sendiri, cucuku...\" Mendengar jawaban tersebut, si pemuda pun merenung sejenak. Tiba-tiba, ia pun berseru, \"Waduh Kek... Saya kok tidak pernah menyadari hal ini sebelumnya ya? Semua keberhasilan ini tanpa saya tidak akan ada. Terima kasih atas pelajarannya kek. Sekarang saya merasa jauh lebih baik dan lebih percaya diri.\" Pembaca yang budiman, Sungguh, kita akan sangat menderita jika kita terbenam dalam sikap rendah diri hingga tak punya kepercayaan diri. Padahal sejatinya, di manapun dan kapan pun kita berada, jika kita menyadari hakekat kemampuan diri, pastilah masing-masing kita memiliki peranan, tanggung jawab dan prestasi yang sudah dikerjakan. Memang, tidak ada sesuatu prestasi yang luar biasa yang bisa tercipta tanpa bantuan orang lain. Namun, kita juga harus memiliki citra diri yang sehat, mampu menghargai diri sendiri serta dapat membangun kepercayaan diri dengan usaha yang telah kita buktikan. Dengan mengembangkan citra diri yang positif, maka kita akan memiliki pula, yakni kepercayaan diri yang sehat, bisa menghargai orang lain dan diri sendiri, dan mampu menempatkan diri di mana pun kita bergaul dengan simpatik, gembira dan menyenangkan. Dengan begitu, kebahagiaan akan selalu kita dapatkan. Andrie Wongso


Aneh, Ngurusi Yang Bukan Urusannya
Oleh Amry

Ada salah satu prilaku kita yang sering terjadi adalah “Ngurusi yang bukan urusannya”, dampaknya adalah hidup tidak tentram. Hidup tidak tentram, akan berdampak pada kesehatan diri maupun kesehatan tatanan masarakat. Ada empat kelompok kehidupan manusia;
(1) Hidup tentram dengan berkelimpahan harta;
(2) Hidup tidak tentram dengan berkelimpahan harta;
(3) Hidup tentram dengan tidak berkelimpahan harta; dan
(4) Hidup tidak tentram dengan tidak berkelimpahan harta.

Kesempatan ini, akan diambil kasus masalah “hidup tentram dengan tidak berkelimpahan harta”, tidak berkelimpahan harta dalam tulisan ini, bukan berarti hidupnya kekurangan, namun hidup yang tidak berkelebihan harta berlimpah ruah, namun ketentramannya sangat berlimpah ruah.
Tulisan ini sudah diterbitkan di Harian Waspada pada tanggal 26 Mei 2008, dihalaman bisnis dan teknologi, dengan judul “Mencari Tuhan di Penggorengan Pisang Raja”, maaf kami belum bisa menyebutkan penulisnya, sebab sampai sekarang belum menemukan penulisnya.
Sore hari terasa lezat jika disisipi beberapa potong pisang goreng dan teh manis hangat. Setelah lelah berdiri beberapa jam menyampaikan materi pelatihan, laju mobil mengantarkan saya ke sebuah warung gorengan yang tidak jauh dari komplek perhotelan mentereng di negeri ini. Kaca mata bisnis saya selalu saja senang memperhatikan geliat orang-orang yang berani menolong diri sendiri dan keluarganya melalui usaha halal dalam bentuk apapun. Melihat warung ini, saya mencoba mengkalkulasikan kira-kira berapa besar nilai bisnisnya. Bagaimana pengelolaannya, bagaimana pemasarannya, teknik jual si pelayan dan berbagai hal-hal teoritis lainnya.
Seorang paruh baya menyodorkan sepiring pisang goreng ke hadapan saya sambil tersenyum ramah dan berbasa-basi mempersilahkan saya untuk mencicipinya sekaligus menanyakan minuman apa yang saya minati. Pemilik wajah yang begitu teduh dan damai itu bernama Sudiro yang akhirnya saya tahu bahwa panggilan akrabnya adalah Wak Diro.
Menikmati pisang goreng terasa lebih hangat dengan obrolan ringan bersama Wak Diro. Dalam guyonan yang mengalir saya tahu ternyata Wak Diro adalah perantau asal Kudus yang sudah 16 tahun menjual gorengan pisang. Dalam satu hari ia bisa menghabiskan satu tandan besar dan hasil penjualannya bisa menyekolahkan ke empat anaknya hingga menjadi sarjana. Wak Diro rupanya jebolan fakultas teknik universitas negeri tertua di Jogjakarta, walau ia hanya bisa sampai semester 5.
“ Kenapa tidak bisnis yang lain Wak? Atau menjadi pegawai negeri?” tanya saya menyelidik. Belum sempat menjawab pertanyaan saya, ia menundukkan badan tanda permisi kepada saya karena datang satu mobil Kijang Inova baru yang mendekat. Ternyata mobil itu dikemudikan oleh istrinya yang mengantarkan sesuatu.

Pikiran saya berputar tak tentu. Tanpa sadar saya sedang menakar kantong orang tua ini. "Seorang penjual pisang goreng mampu menguliahkan keempat anaknya hingga sarjana dan kini didepan mata saya, si Istri datang dengan mobil baru yang tidak murah harganya".

Bukan Cari Uang
Oleh Amry
Sekali lagi saya jarah lagi semua sudut warung kecil itu. Penataan dagangan lumayan menarik, tetapi tidak istimewa. Kualitas produknya berupa gorengan juga terasa sama seperti pisang goreng ditempat lain. Atmosfir warung juga sama seperti warung-warung lain, walau yang ini terlihat lebih bersih dan terjaga. Sarana promosi sangat sederhana, hanya tulisan Pisang Goreng Panas yang ditulis tangan dengan kuas biasa. Daftar harga tercetak di selembar kertas terlaminasi yang ditempel di dinding sebelah kiri. Ada dua orang pegawai yang membantu menggoreng, membuat minuman dan melayani pelanggan sekaligus. Tetapi jumlah pembelinya silih berganti, tidak sederas air pancuran, tetapi datang satu-satu seperti tiada henti.
Tak lama kemudian istri Wak Diro pergi, kata Wak Diro, istrinya harus mengantar beberapa kertas tisue ke lima cabangnya yang lain. Dan informasi itu membuat saya memilih untuk bertahan lebih lama demi mengetahui apa rahasia sukses bisnis ini.
Setelah melewati beberapa basa-basi, lalu ia bertanya kepada saya, "Mas, sampean apa percaya sama Gusti Allah?". Sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab, karena saya tidak bisa memperkirakan kemana arah pemikirannya.

Lalu tanpa menunggu jawaban saya, Wak Diro menjelaskan bahwa dalam 8 tahun terakhir Ia tidak lagi mencari uang semata, tapi Ia mencari Tuhan. "Uang bagi saya hanyalah sekadar bonus atas pencarian dan pengabdian saya ke Gusti Allah".

Seperti pengakuan kebanyakan manusia, Ia meyakini bahwa hanya Tuhan yang sanggup mengarahkan dirinya kepada kondisi apapun."Mas, saya bukan jualan pisang goraeg lho", aku Wak Diro, "Saya ini sedang membantu orang-orang agar bisa beribadah dengan baik". "Wow..." pikir saya, apakah penjual pisang goreng ini masih waras?
"Saya ini senang membantu banyak orang dengan mengganjal perutnya agar ibadah shalat Ashar dan Maghrib-nya berjalan dengan baik, karena jam makan malam biasanya setelah Shalat Isya" terang Wak Dirno. Saya mulai memahami apa maksud kalimat Wak Diro sebelumnya, "Uang bagi saya hanyalah sekadar bonus atas pencarian dan pengabdian saya ke Gusti Allah".
Kini saya paham, mengapa ia begitu ramah menyambut tamu-tamunya, kualitas gorengan tetap terjaga baik ukuran maupun takarannya dan ruangan kedai ini tetap terjaga kebersihannya. Jelas bukan karena sekadar mencari uang, tetapi Wak Dirno sedang beribadah. Mencari keridhaan Tuhan. Seperti dijanjikan Allah ketika kita bersyukur, maka nikmat itu terus bertambah dan mengalir lancar.

Saya benar-benar terbayang betapa saya dan banyak sahabat saya yang kerja mati-matian siang -malam hanya sekadar mencari uang. Bayangan itu begitu asam terasa setelah mendengar pengakuan Wak Diro itu. Betapa Wak Diro sudah menemukan kunci dasar sukses bisnis. Ia tidak sekadar menjual jajanan, ia muncul dengan alasan yang lebih mulia. Pisang goreng hanya media mendapatkan ridha Sang Khalik. Semua bentuk kerja dan bisnis dikerjakannya dengan menghadirkan batin, tulus dan iklas.

Khawatir
Oleh Amry
"Bagian saya adalah mempermudah ibadah orang lain, bagian Gusti Allah menjaga saya Mas" "Saya hanya pasrah dan memohon agar selalu dituntun Gusti Allah" aku Wak Diro. "Apapun langkah saya, saya percaya Gusti Allah akan menyelamatkan saya. Jika saya dibawa ke kubangan kerbau sekalipun, saya tetap percaya kalau itu adalah kehendak Gusti Allah dengan maksud tertentu agar saya mendapatkan hikmah atas perjalanan itu".
Menyelesaikan pisang terakhir, saya bertanya, "Wak, apakah sampean tidak khawatir dengan kenaikan BBM?", dengan ringan Wak Diro menjawab, "Lha wong, saya sudah serahkan hidup saya ke Gusti Allah, kok mesti kuatir?". Sambil mengulurkan uang kembalian ke saya, ia berujar, "Saya kan cuma kawulo, apakah pantas kalau saya ikut campur tangan 'ngatur kerjaan Kanjeng Gusti?"

Hidup adalah pilihan, kita bisa memilih hidup tentram atau hidup sengsara. Ketentraman dan kesengsaraan fokus utamanya bukan terletak di banyak atau sedikitnya harta, namun lebih terletak pada “Kita mau menyerahkan hidup ke yang mengurus kehidupan atau tidak”. Itu saja pilihannya ……..
Kita itu sering aneh, selalu ngurusi yang bukan urusannya. Berani menghadapi hidup tentram, tanpa selalu merasa terhimpit aneka permasalahan!!! Bagaimana Pendapat anda ???




Jembatan Penyeberangan
Oleh Amry
Jarak antara kita dan kesuksesan kehidupan harus dipupuk dengan jembatan pengembangan, yaitu pembentangan kekuatan yang ada pada diri kita. Jembatan jangan dirusak secara sengaja oleh kemalasan, keminderan dan ketakutan untuk menyeberang.
Kemalasan, sering mempersempit dan merapuhkan pembentangan kekuatan.
Kita sering malas untuk bangun satu jam lebih cepat dari manusia pada umumnya. Padahal, kalau kita mau bangun satu jam lebih cepat dari manusia pada umumnya, banyak hal produktif yang bisa kita kerjakan. Kalau sehari satu jam lebih awal, berarti dalam sebulan ada tiga puluh jam. Waktu tiga puluh jam itu, sudah bisa untuk menyelesaikan banyak hal dalam kehidupan kita. Tentunya, masih banyak kemalasan-kemalasan lainnya …….
Keminderan, sering mempersempit dan merapuhkan pembentangan kekuatan.
Kita sering minder untuk banyak hal yang sebenarnya sangat tidak rasional. Kita minder, gara-gara badannya pendek, padahal badan yang pendek justru mengurangi resiko “kepala” terbentur benda-benda lingkungan, seperti kalau Obama presiden AS kepala terbentur pintu pesawat. Kita minder, gara-gara badan terlalu jangkung, padahal justru dengan badan jangkung itu, banyak hal yang bisa diketahui dibanding orang lain. Kita juga minder, karena pendidikannya rendah, padahal dengan pendidikan rendah yang punya kesadaran, justru lebih mudah menerima ilmu, daripada pendidikan tinggi yang gelasnya penuh, sehingga sukar diisi ilmu baru sebab merasa ilmu yang dimiliki sudah penuh. Begitu juga yang pendidikannya tinggi menjadi minder gara-gara mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dan atasannya justru berpendidikan lebih rendah. Padahal, dengan pendidikan tinggi dan mendapat pekerjaan tidak sesuai dengan tingginya pendidikan, bisa dijadikan alat lompat pembelajaran kalau suatu ketika mempunyai anggota tim yang semakin hari semakin banyak.
Ketakutan, sering mempersempit dan merapuhkan pembentangan kekuatan
Kita sering merasa takut pada hal-hal yang sebenarnya belum tentu terjadi dan bahkan tidak pernah terjadi. Kalau misalnya terjadipun, selama disikapi dengan cara yang produktif, kejadian itu bisa dijadikan alat lompat yang semakin produktif. Orang mau menikah, takut jadi janda atau duda, pertanyaannya adalah seberapa banyak orang yang setelah menikah menjadi janda atau duda? Tentu sangat sedikit. Kalau misalnya ada yang menjadi janda atau duda, sebenarnya juga tidak apa-apa, sebab menjadi janda atau duda, menunjukkan bahwa kita sudah pernah menikah. Bagaimana kalau yang belum menikah, juga tidak perlu takut, sebab tidak akan pernah menjadi janda atau duda, gampang khan.
Sekarang juga banyak diantara kita yang takut kalau diberhentikan dari perusahaan, sedangkan anak-anak masih kecil, ada cicilan motor, rumah, mobil atau pengeluaran-pengeluaran lainnya. Padahal, juga belum banyak, sampai detik ini, yang dikeluarkan. Kalau misalnya sampai terjadi pemberhentian dari pekerjaan, mungkin Allah menghendaki kita untuk menikmati rizki dari hasil usaha sendiri, istilah kerennya adalah pengusaha he..he…
Mari memperkokoh jembatan penyeberangan kita, agar kesuksesan-kesuksesan hidup bisa kita nikmati dari detik perdetik jejak langkah kita. Tentunya kesuksesan hidup sangatlah luas, salah satunya hati kita selalu tenteram dalam menghadapi aneka persoalan kehidupan dan terjauh dari rasa malas, minder dan takut untuk melangkah.
Berani menghadapi tantangan untuk memperkokoh jembatan penyeberangan atau malah memilih tertimpa oleh jembatan yang kita buat itu!!!. Bagaimana pendapat sahabat ???

Lucunya Berputar
Ada seseorang yang sekarang punya bisnis kos-kosan sekitar 100 kamar, kalau dilihat pasif incomnya, tentu sangat luar biasa. Sebab, kalau harga perkamar diambil rata-rata 5 juta, berarti setahun 500 juta, besar khan. Tapi saya tidak membahas tentang besarnya penghasilan, namun membahas tentang beratnya beban pikiran.

Kisahnya, sangat sederhana, seseorang ini dulu merintis bisnis kos-kosan mulai dari kecil, kemudian berkembang menjadi semakin besar dan terakhir jumlah kamar kisaran 100 lebih. Ada kisah yang sangat menarik adalah, proses berkembangnya bisnis ini. Ketika bisnis kos-kosannya lancar, beliau ingin mengembangkan dengan cara membeli beberapa rumah dan tanah disekitarnya. Namun caranya kurang terpuji, yaitu dengan cara memanfaatkan isu bahwa tanah daerah situ akan digusur untuk perluasan kantor pemerintahan. Sebagai penduduk asli yang secara pendidikan juga kurang. Mereka resah dan segera menjual, kepada orang tersebut.
Sekarang bisnis kos-kosannya berkembang sangat pesat. Namun, besarnya penghasilan akhir-akhir ini, tidak menyebabkan dirinya nyaman, sebab isu yang dulu dimanfaatkan untuk mendapatkan tanah para penduduk asli, sekarang justru akan menjadi kenyataan, yaitu penduduk daerah situ akan digusur untuk perluasan kantor tertentu. Karena memang, tanah itu, agak sedikit sengketa dengan pemerintahan setempat. Dulunya, dia menakut-nakuti penduduk asli, sekarang dirinya takut kelas tinggi, sambil minta bantuan para penduduk yang dulu tanahnya dibeli, untuk demo agar tanah tidak digusur.
Ada kisah yang sangat menarik juga, ketika Barack Hussein Obama, masih menjadi senator, dia salah satu senator yang tidak memilih ketua MA John Roberts. Namun ketika Barach Hussein Obama menjadi president, justru John Roberts yang melantikknya. Bisa jadi, gara-gara kisah ini, kedua orang tersebut, menjadi terkenang dengan masa lalu, sehingga secara psikologis ada grogi terselubung, sehingga sumpah jabatannya agak terganggu dan diulang sekali lagi.
Saya kutip dari detikcom yaitu secara keseluruhan Obama mengucapkan sumpahnya demikian: "I, Barack Hussein Obama, do solemnly swear that I will execute the office of president of the United States faithfully, and will to the best of my ability, preserve, protect, and defend the constitution of the United States. "So help me God."
Padahal sesuai Konstitusi AS, sumpah tersebut harusnya berbunyi: "I, Barack Hussein Obama, do solemnly swear that I will faithfully execute the office of president of the United States, and will to the best of my ability, preserve, protect, and defend the constitution of the United States. "So help me God."
Kesalahan terjadi ketika Roberts harusnya menyebutkan kalimat: "... that I will faithfully execute the office of president of the United States." Namun Roberts salah mengucapkan urutan kata-kata tersebut. Dia malah menyebutkan, ".... that I will execute the office of president of the United States faithfully." Hal itu membuat Obama bingung. Obama sepertinya menyadari ada yang salah hingga dia mendadak berhenti pada kata "execute."
Hidup adalah penuh perputaran lucu yang bisa diambil pelajaran bagi kita semua. Sehingga kita akan menjadi orang-orang yang siap dalam menghadapi setiap perputaran kehidupan dengan penuh keberkahan.
Berani menghadapi perputaran hidup dengan pondasi kebenaran !!! Bagaimana pendapat sahabat ???


Empat Kunci :
Tentunya, banyak kunci untuk menghadapi hidup. Kesempatan ini, akan merangkum garis besar kunci-kunci dalam menghadapi hidup yaitu (1) Percaya kepada kemampuan diri; (2) Percaya kepada kemampuan teman; (3) Percaya kepada kemampuan pesaing; dan (4) Percaya kepada kemampuan Allah.
Pertama, Percaya kepada Kemampuan Diri
Orang-orang yang tidak percaya kepada kemapuan diri, biasanya tidak punya motivasi berprestasi. Ciri orang yang punya motivasi berprestasi adalah seperti kereta dorong yang sudah beranjak sebelum didorong. Jadi kalau kita hidupnya masih menunggu didorong atau dimotivasi oleh sistem lingkungan, berarti percaya kepada kemampuan diri masih rendah.
Kedua, Percaya kepada Kemampuan Teman
Hidup ini tidak hanya perlu kepandaian diri dan percaya kepada kemampuan diri. Sebab kalau hanya percaya kepada kemampuan diri tanpa percaya kepada kemampuan teman, hidup kita akan capek sendiri. Sebab semua pekerjaan, akan dikerjakan sendiri dan tidak percaya perlunya pendelegasian. Penyakit ini, biasanya menimpa pada orang-orang yang sangat pandai dan perfek. Dirinya tidak percaya kepada kememapuan temennya, bekerja sendiri, capek sendiri. Bahkan potensinya akan mati, terkubur oleh prilakunya sendiri.
Ketiga, Percaya kepada Kemampuan Pesaing.
Ada kisah yang sangat menarik, ketika Cina membuat benteng yang bersejarah itu, salah satu faktornya adalah agar tidak mendapat serangan dari luar dan agar ilmu yang ada didalam tidak diketahui oleh orang-orang luar. Kemudian, terjadi sebuah peperangan yang terkenal dengan nama “Perang candu”, setelah perang candu, baru sadar bahwa dunia luar rupanya jauh lebih maju. Akhirnya sadar, dan sekarang mempercepat kemajuannya, menyebabkan AS dan negara-negara lain mulai grogi menghadapi kemajuan Cina yang sangat pesat. Ini juga menjangkiti, seseorang yang punya keahlian tertentu dari jurusan ketika kuliah. Kemudian menutup diri dan akhirnya baru sadar bahwa keahliannya ketika kuliah bisa diserobot oleh keahlian orang-orang yang tidak pernah kuliah dijurusan itu. Contoh sederhana, temen-temen yang kuliah jurusan komputer, bisa saja diserobot oleh orang yang kuliah jurusan bahasa jawa, bahasa sunda, seni tari atau apapun yang sangat tidak nyambung, tapi punya kemampuan konpensasi positif mendalami ilmu komputer.
Keempat, Percaya kepada Kemampuan Allah
Salah satu kunci dari percaya kepada kemampuan Allah adalah peringatan dari Allah:”Mungkin engkau menyukai sesuatu namun tidak baik menurut Allah dan mungkin engkau tidak menyukai sesuatu namun baik menurut Allah.” Jadi intinya bahwa kita harus punya keinginan yang sangat bagus, tapi kita juga harus punya kesadaran bahwa keinginan Allah untuk kita jauh lebih bagus. Hidup sesuai dengan rencana Allah jauh lebih bagus.
Mari menghadapi krisis ekonomi dan krisis iman ini, kita harus bersungguh-sungguh mengoptimalkan kedahsatan percaya kepada kemampuan diri, teman, pesaing dan terakhir Allah. Tanpa itu, rasanya kita, akan hidup berputar-putar dibelantara tanpa ujung prestasi, sampai mati.

No comments:

Post a Comment